Senin, 07 Mei 2012

BAB 1 Konsep Pengembangan Wisata Pantai Berkelanjutan Pada Kawasan Pantai Nirwana, Kota Baubau


BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Perkembangan industri pariwisata di Indonesia sekarang ini sedang dikembangkan dan didayagunakan untuk memperbesar devisa negara dan daerah, memperluas lapangan kerja dan meratakan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat setempat. Disamping itu, industri pariwisata juga berperan dalam mendorong pembangunan daerah serta memperkenalkan alam dan budaya daerah yang sangat khas dan menarik. Oleh karena itu pembangunan industri pariwisata tidak dapat diarahkan untuk pembangunan ekonomi atau budaya saja tetapi sebagai salah satu usaha dalam melestarikan budaya dan alam (lingkungan hidup) tersebut.
Indonesia merupakan negara bahari dengan luas 7,7 juta km2 yang terbagi atas kawasan berupa lautan 75 % (5,8 juta km2) dan 25 % (1,9 juta km2) yang berupa daratan yang terdiri dari 17.508 buah pulau yang terdiri atas pulau-pulau besar maupun kecil. Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity) laut terbesar di dunia karena memiliki ekosistem-ekosistem pesisir seperti, hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang sangat luas dan beragam. Sumberdaya ikan diperkirakan terdapat kurang lebih 7.000 jenis ikan terkandung dalam perairan pesisir dan dalam Indonesia. Indonesia juga memiliki panjang garis pantai sepanjang 81.000 km dengan berbagai potensi. Jika melihat kekayaan pesisir tersebut, maka kawasan pesisir berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW), di antaranya yaitu wisata pantai.
Kota Bau-Bau adalah sebuah kotamadya atau kota otonom yang terletak di pesisir Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Kota ini merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada pada kawasan pesisir, sehingga kecenderungan perkembangannya diarahkan pada kawasan pesisir. Selain itu, letak kota ini sangat strategis yaitu sebagai jalur yang menghubungkan antara pelayaran kawasan bagian barat dan bagian timur Indonesia, sehingga cukup ramai sebagai tempat persinggahan dan distribusi barang dan jasa.
Kota Bau-Bau memiliki beragam potensi daerah yang dapat dikembangkan, baik dari sektor bisnis dan perdagangan yang didukung dengan adanya pelabuhan laut skala nasional yang menjadi sektor penyumbang devisa terbesar daerah, potensi kekayaan alam daerah, maupun budaya masyarakat lokal. Seluruh potensi daerah tersebut harus disinambungkan untuk saling mendukung agar terjadi pembangunan daerah yang merata. Salah satu sektor pendukung yaitu sektor pariwisata.
Kota Bau-bau memiliki beberapa kawasan pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi daya tarik daerah, di antaranya yaitu pariwisata alam seperti Air Terjun Saparona, Air Jatuh, Permandian Bungi, Pantai Nirwana, Pantai Lakeba dan lain-lain serta pariwisata budaya andalan daerah yaitu Benteng Keraton Buton yang menjadi benteng terbesar di dunia. Pengembangan kawasan pariwisata mendapat dukungan daerah, yaitu melalui kebijakan RTRW Kota Bau-bau dan RIPPDA Kota Bau-Bau. Salah satunya yaitu melalui penetapan Alokasi lahan potensial untuk kawasan rekreasi dan juga penetapan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP). Salah satu kawasan tersebut yaitu kawasan Pantai Nirwana.
Kawasan Pantai Nirwana merupakan kawasan pantai yang terletak di Kelurahan Sula’a, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau yang menjadi alternatif kawasan kunjungan utama bagi wisatawan lokal di Kota Bau-Bau dan Pulau Buton. Kawasan ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai. Keadaan topografinya, kedalaman laut, pasir putih, kualitas air lautnya, biota laut seperti ikan dan terumbu karang, panorama sunset, adat istiadat nelayan setempat serta kondisi lingkungan yang masih alami menjadi kekuatan dan daya tarik wisata kawasan ini.
Dalam pengembangan, wisata,  suatu daerah yang potensial menjadi daerah tujuan wisata harus memenuhi komponen-komponen wisata yaitu atraksi, aksesibilitas dan sarana prasarana (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004:16). Kawasan Pantai Nirwana memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dijadikan kawasan wisata pantai, akan tetapi terdapat kendala-kendala yaitu sistem pengelolaan dan keadaan infrastruktur dan sarana yang menjadi komponen utama kawasan wisata belum cukup memadai, bahkan masih sangat kurang. Terdapat pula permukiman penduduk di dalam kawasan pantai yang tidak teratur, serta terdapat masalah kepemilikan lahan.
Berdasarkan gambaran potensi dan kendala serta untuk meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan dalam pengembangan kawasan Pantai Nirwana, maka dibutuhkan suatu konsep pengembangan kawasan wisata yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana secara berkelanjutan sebagai kawasan wisata pantai di Kota Bau-Bau harus memperhatikan tiga aspek yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, serta aspek sosial dan budaya. Hal ini dimaksudkan sebagai konsep pengembangan kawasan wisata pantai yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar pada khususnya dan sebagai alternatif bagi pendapatan daerah Kota Bau-Bau pada umumnya, serta mengembangkan lingkungan dan budaya tanpa mengesampingkan kelestarian lingkungan dan budaya tersebut.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.  Bagaimana potensi dan kendala dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan di Kota Bau-Bau?
2.  Bagaimana konsep pengembangan wisata pantai berkelanjutan pada Kawasan Pantai Nirwana, Kota Bau-Bau?
C. Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk dapat merencanakan suatu konsep pengembangan kawasan Pantai Nirwana, Kota Bau-Bau menjadi kawasan wisata pantai yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek lingkungan, sosial dan budaya, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Adapun sasaran dari penelitian ini, yaitu:
1.  Mengidentifikasi potensi dan kendala dalam merencanakan Kawasan Wisata Pantai Nirwana.
2.  Merumuskan konsep pengembangan kawasan Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan di Kota Bau-Bau.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1.  Menjadi masukan bagi pemerintah Kota Bau-Bau dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai.
2.  Menjadi referensi ilmiah untuk kegiatan penelitian selanjutnya.
3.  Menambah pemahaman masyarakat tentang kondisi potensi wisata yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menyadarkan masyarakat tentang pentingnya lingkungan.
4.  Memperluas wacana ilmiah peneliti, khususnya mengenai wisata pantai atau pesisir.
E.  Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
1.  Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah penelitian ini dibatasi pada kawasan pengembangan wisata pantai berdasarkan RTRW Kota Bau-bau yaitu pada kawasan Pantai Nirwana, Kelurahan Sula’a, Kecamatan Betoambari, Kota Bau-Bau dengan luas 27 ha.
2.  Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi dalam pengembangan wisata pantai berkelanjutan pada kawasan Pantai Nirwana adalah sebagai berikut.
a.  Identifikasi potensi dan kendala yang terdapat pada lokasi perencanaan berdasarkan aspek fisik, ekonomi, sosial dan budaya, serta kebijakan.
b.  Penyusunan konsep pengembangan kawasan Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan.
F.  Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam perencanaan ini, yaitu:
Bagian Pertama berisi tentang pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.
Bagian kedua adalah kajian teori, yang menguraikan tentang studi literatur yang menjadi landasan teori yang berkaitan dengan bahasan, antara lain yaitu teori mengenai pantai dan pemanfaatan kawasan pantai, teori wisata secara umum seperti pengertian pariwisata, jenis-jenis wisata, dampak dari pengembangan wisata, pengertian dan konsep wisata bahari/pantai, studi banding serta kerangka konsep.
Bagian ketiga berisi tentang metode penelitian. Secara umum menguraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, populasi dan sampel teknik pengumpulan data, metode analisis data, variabel penelitian dan defenisi operasional.

Bagian keempat ini merupakan hasil dan pembahasan, berisi tentang gambaran secara umum wilayah studi, serta pembahasan mengenai kondisi, potensi dan kendala, serta konsep pengembangan wisata pantai..

Bagian terakhir yaitu kesimpulan dan saran, berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan saran-saran mengenai pengembangan wisata pantai dalam penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar