BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan industri pariwisata
di Indonesia sekarang ini sedang dikembangkan dan didayagunakan untuk
memperbesar devisa negara dan
daerah, memperluas lapangan kerja dan meratakan
kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat setempat. Disamping itu, industri
pariwisata juga berperan dalam mendorong pembangunan daerah serta
memperkenalkan alam dan budaya daerah yang sangat khas dan menarik. Oleh karena
itu pembangunan industri pariwisata tidak dapat diarahkan untuk pembangunan
ekonomi atau budaya saja tetapi sebagai salah satu usaha dalam
melestarikan budaya dan alam (lingkungan hidup) tersebut.
Indonesia merupakan negara bahari
dengan luas 7,7 juta km2 yang terbagi atas kawasan berupa lautan 75
% (5,8 juta km2) dan 25 % (1,9 juta km2) yang berupa
daratan yang terdiri dari 17.508 buah pulau yang terdiri atas pulau-pulau besar
maupun kecil. Indonesia
dikenal sebagai negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati (biodiversity)
laut terbesar di dunia karena memiliki ekosistem-ekosistem pesisir seperti,
hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang sangat luas dan beragam.
Sumberdaya ikan diperkirakan terdapat kurang lebih 7.000 jenis ikan terkandung
dalam perairan pesisir dan dalam Indonesia. Indonesia juga memiliki panjang garis pantai sepanjang 81.000 km
dengan berbagai potensi. Jika melihat kekayaan pesisir tersebut, maka kawasan
pesisir berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata (DTW), di
antaranya yaitu wisata pantai.
Kota Bau-Bau adalah sebuah kotamadya
atau kota otonom yang terletak di pesisir Pulau Buton,
Sulawesi Tenggara. Kota ini merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada
pada kawasan pesisir, sehingga kecenderungan perkembangannya diarahkan pada
kawasan pesisir. Selain itu, letak kota ini sangat strategis yaitu sebagai
jalur yang menghubungkan antara pelayaran kawasan bagian barat dan bagian timur
Indonesia, sehingga cukup ramai sebagai tempat persinggahan dan distribusi
barang dan jasa.
Kota Bau-Bau memiliki
beragam potensi daerah yang dapat dikembangkan, baik dari sektor bisnis dan
perdagangan yang didukung dengan adanya pelabuhan laut skala nasional yang
menjadi sektor penyumbang devisa terbesar daerah, potensi kekayaan alam daerah,
maupun budaya masyarakat lokal. Seluruh potensi daerah tersebut harus
disinambungkan untuk saling mendukung agar terjadi pembangunan daerah yang
merata. Salah satu sektor pendukung yaitu sektor pariwisata.
Kota Bau-bau memiliki
beberapa kawasan pariwisata yang berpotensi untuk dikembangkan dan menjadi daya
tarik daerah, di antaranya yaitu pariwisata alam seperti Air Terjun Saparona,
Air Jatuh, Permandian Bungi, Pantai Nirwana, Pantai Lakeba dan lain-lain serta
pariwisata budaya andalan daerah yaitu Benteng Keraton Buton yang menjadi
benteng terbesar di dunia. Pengembangan kawasan pariwisata mendapat dukungan
daerah, yaitu melalui kebijakan RTRW Kota Bau-bau dan RIPPDA Kota Bau-Bau.
Salah satunya yaitu melalui penetapan Alokasi lahan potensial untuk kawasan
rekreasi dan juga penetapan Kawasan Pengembangan Pariwisata (KPP). Salah satu
kawasan tersebut yaitu kawasan Pantai Nirwana.
Kawasan Pantai Nirwana merupakan
kawasan pantai yang terletak di Kelurahan Sula’a, Kecamatan Betoambari, Kota
Bau-Bau yang menjadi alternatif kawasan kunjungan utama bagi wisatawan lokal di
Kota Bau-Bau dan Pulau Buton.
Kawasan ini memiliki potensi besar untuk
dikembangkan menjadi kawasan wisata pantai. Keadaan topografinya, kedalaman laut, pasir putih, kualitas
air lautnya, biota
laut seperti ikan dan terumbu karang, panorama
sunset, adat
istiadat nelayan setempat serta kondisi lingkungan yang masih alami menjadi
kekuatan dan daya tarik wisata kawasan ini.
Dalam pengembangan, wisata, suatu daerah yang potensial
menjadi daerah tujuan wisata harus memenuhi
komponen-komponen wisata yaitu atraksi,
aksesibilitas dan sarana prasarana (Departemen Kelautan dan Perikanan,
2004:16). Kawasan Pantai
Nirwana memiliki potensi yang cukup tinggi untuk dijadikan kawasan wisata
pantai, akan tetapi terdapat
kendala-kendala yaitu sistem
pengelolaan dan keadaan infrastruktur dan sarana yang
menjadi komponen utama kawasan wisata belum cukup memadai, bahkan masih sangat
kurang. Terdapat pula permukiman penduduk di dalam kawasan
pantai yang tidak teratur, serta terdapat masalah kepemilikan lahan.
Berdasarkan gambaran potensi dan kendala serta untuk meminimalisir dampak yang akan
ditimbulkan dalam pengembangan kawasan Pantai Nirwana, maka dibutuhkan suatu konsep pengembangan kawasan
wisata yang berkelanjutan. Oleh karena itu, dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana secara berkelanjutan sebagai
kawasan wisata pantai di Kota Bau-Bau harus memperhatikan tiga aspek yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi,
serta aspek sosial dan budaya. Hal ini
dimaksudkan sebagai konsep pengembangan kawasan wisata
pantai yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar pada khususnya
dan sebagai alternatif bagi pendapatan daerah Kota Bau-Bau pada umumnya, serta mengembangkan
lingkungan dan budaya tanpa mengesampingkan kelestarian lingkungan dan budaya tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana potensi dan kendala dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana
sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan
di Kota Bau-Bau?
2. Bagaimana konsep pengembangan wisata pantai berkelanjutan pada Kawasan Pantai
Nirwana, Kota Bau-Bau?
C.
Tujuan dan Sasaran Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian
ini adalah untuk dapat merencanakan
suatu konsep pengembangan kawasan Pantai
Nirwana, Kota Bau-Bau menjadi kawasan wisata pantai yang berkelanjutan tanpa
mengabaikan aspek lingkungan,
sosial dan budaya, serta dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar.
Adapun sasaran dari penelitian ini, yaitu:
1. Mengidentifikasi potensi dan kendala dalam merencanakan Kawasan Wisata Pantai Nirwana.
2. Merumuskan konsep pengembangan kawasan Pantai Nirwana
sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan di Kota Bau-Bau.
D.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Menjadi masukan bagi pemerintah Kota Bau-Bau dalam mengembangkan kawasan Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai.
2. Menjadi referensi ilmiah untuk kegiatan penelitian
selanjutnya.
3. Menambah
pemahaman masyarakat tentang
kondisi potensi wisata yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, serta menyadarkan masyarakat tentang pentingnya
lingkungan.
4. Memperluas wacana ilmiah peneliti, khususnya mengenai
wisata pantai atau pesisir.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup
penelitian mencakup ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.
1. Ruang
Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah
penelitian ini dibatasi
pada kawasan pengembangan wisata pantai berdasarkan RTRW Kota Bau-bau yaitu pada kawasan Pantai Nirwana, Kelurahan Sula’a, Kecamatan
Betoambari, Kota Bau-Bau dengan
luas 27 ha.
2. Ruang
Lingkup Materi
Ruang lingkup materi
dalam pengembangan wisata pantai berkelanjutan pada kawasan Pantai Nirwana
adalah sebagai berikut.
a. Identifikasi potensi dan kendala yang
terdapat pada lokasi perencanaan berdasarkan aspek fisik, ekonomi, sosial dan
budaya, serta kebijakan.
b. Penyusunan konsep pengembangan kawasan
Pantai Nirwana sebagai kawasan wisata pantai berkelanjutan.
F.
Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam perencanaan ini, yaitu:
Bagian Pertama berisi tentang pendahuluan,
menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika penulisan.
Bagian kedua adalah kajian teori,
yang menguraikan tentang studi literatur yang menjadi landasan teori yang
berkaitan dengan bahasan, antara lain yaitu teori mengenai pantai dan pemanfaatan kawasan pantai, teori
wisata secara umum seperti pengertian pariwisata,
jenis-jenis wisata, dampak dari pengembangan wisata, pengertian dan konsep wisata bahari/pantai,
studi banding serta kerangka konsep.
Bagian ketiga berisi tentang metode penelitian. Secara umum menguraikan tentang lokasi dan
waktu penelitian, populasi
dan sampel teknik pengumpulan data, metode analisis data, variabel
penelitian dan defenisi operasional.
Bagian keempat ini merupakan hasil dan pembahasan, berisi tentang gambaran secara umum wilayah studi, serta pembahasan mengenai kondisi, potensi dan kendala, serta konsep pengembangan wisata pantai..
Bagian terakhir yaitu kesimpulan dan saran, berisi tentang
kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan dan saran-saran mengenai
pengembangan wisata pantai dalam penelitian ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar